085158007125

Trik Menyiasati Nafsu ala Lora Ismaeloleh adeliyaalam

$rows[judul] Keterangan Gambar : Sumber Media Al-Munawwir

Krapyak (06/07) – Selepas mengisi acara di Pondok Pesantren An-Nur ngrukem, dan sowan sowan ke beberapa pondok pesantren yang ada di Yogyakarta khususnya Pondok Pesantren Krapyak, Lora Muhammad Ismael Amin Al-Kholilie mengisi acara di Pondok Pesantren Krapyak. Lora Ismael sapaan akrab dari Muhammad Ismael Amin al-Kholilie merupakan keturunan ke-lima dari Syaikhona Kholil Bangkalan ulama pembawa sanad keilmuan Indonesia.

Acara dibuka dengan pembacaan Al-Fatihah oleh Pembawa Acara, Kemudian dilanjutkan oleh KH. Fathoni Dalhar Munawwir selaku pengasuh pondok pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta, memberikan sambutan perwakilan pengasuh Pondok Pesantren Krapyak.

Siang hari ini Lora Ismael menyampaikan beberapa point yang sangat menarik. Pertama, beliau menyampaikan bahwa hubungan antara Krapyak dengan Bangkalan itu sudah terjalin sejak dulu, oleh KH. Munawwir dengan Syaikhona Kholil Bangkalan. Kita sebagai santri beliau juga saling sambung menyambung atau mempererat tali persaudaraan karena itu juga termasuk Birrul Masyayikh, cara kita untuk berbakti kepada para guru kita.

“Kita para santri, atau dalam Bahasa Arabnya tholabul ‘ilmi ini merupakan orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk mempelajari ilmu-ilmu khususnya adalah ilmu agama.Dan kita sebagai santri tentunya harus sadar bahwa ilmu yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala  dan tentunya itu merupakan ilmu yang paling utama adalah ilmu Al-Qur’an Dan ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an.” Sambung beliau.

Lalu, Lora Ismael menceritakan bahwa ada satu cerita dari Al Habib Umar Bin Hafidz: Ada seorang ulama’ menitipkan putranya kepada seorang ustadz (mu’allim) untuk diajari mengaji. Ketika sudah diajarkan oleh ustadz tersebut hingga selesai, seorang ulama’ ini menitipkan uang 1000 dinar sekitar 1 miliar kepada putranya untuk diberikan kepada ustadz sebagai rasa terima kasih. Setelah putra seorang ulama’ ini menyampaikan uang tersebut, seorang ustadz pun terkejut dan berkata “Saya ini hanya ustadz, saya hanya mengajar Al-Qur’an. Yasudah ini kamu kembalikan, saya akan ambil 10 juta saja”.  Kemudian sisanya di kembalikan kepada muridnya itu, dan akhirnya anak itu pun pulang dan melapor kepada ayahnya dengan memberi uang itu kepada ayahnya. “Yah, ini ada uang kembalian dari ustadz saya.” jelas putranya itu. Lalu ayahnya terkejut dan bertanya “kenapa dikembalikan?”. Lalu anak itu menjawab “iya, tadi saat saya menyampaikan uang itu, beliau berkata bahwa beliau hanya seorang ustadz dan hanya mengajar Al-Qur’an tidak pantas mendapatkan uang sebanyak ini”. Lalu sang ayah berkata “Nak, mulai besok kamu jangan mengaji lagi dengan ustadz itu”. Dengan rasa penasaran anak itu pun ingin tahu kenapa ia tidak boleh mengaji dengan ustadz tersebut. “Kenapa begitu ayah?” tanya anak itu. “Iya, karena ustadz kamu itu tidak tahu harganya Al-Qur’an, tidak bisa menghargai Al-Qur’an. Kalaupun dia tau harganya Al-Qur’an, ta’dzim kepada Al-Qur’an, jangankan dibandingkan dengan uang 1000 dinar, Al-Qur’an ini dibandingkan dengan dunia seisinya masih tetap menang dan mulia Al-Qur’an”. Jelas sang ayah.

 

 Dan adapula dawuh dari guru Lora Ismael sebagai berikut:


مَنْ عَرَفَ قَدْرَ مَا يَطْلُبُ يَسْهَلُ لَهُ مَا بَذَلَ


Artinya : “Barang siapa yang tahu harga sesuatu yang dia cari, maka dia akan mudah untuk mengorbankan apapun, mudah bersabar, mudah untuk memperjuangkan demi sesuatu yang dia cari”.

 

Begitu banyak kalam-kalam hikmah yang beliau sampaikan, beliau juga menyampaikan bahwa santri yang tauladan tidak dilihat dari seberapa banyak yang dia dapatkan, seberapa cerdas orang itu, akan tetapi ia yang sudah berusaha totalitas memberikan semua kemampuan yang dia punya untuk mencari ilmu.

Maka dari itu, sangat penting pula bagi kita yaitu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya karena waktu tidak bisa diulang kembali.

Membahas tentang waktu, Lora Ismael ambil kisah dari Ibnu Aqil (pensyarah kitab Alfiyah) yang mana beliau tidak pernah makan makanan yang dikunyah. Alasan beliau kenapa tidak mau karena menurut Ibnu Aqil mengunyah makanan itu sama-sama dengan membuang waktu.

MaasyaAllah Tabaarakallah, Itulah para ulama’ kita dahulu, sangat totalitas dalam memanfaatkan waktu.

العلم لا يعطيك بعضه حتى تعطيه نفسك كلك

“Ilmu tidak akan memberikan separuhnya kepadamu sehingga kamu memberikan semua yang kamu miliki untuk ilmu”

 

Selanjutnya, beliau membahas tentang mensiasati nafsu. Beliau memiliki trik mensiasati waktu itu dengan  cara menadzari apa yang dilakukan. Karena dengan menadzari, perkara yang sunnah akan menjadi wajib. Sedangkan menurut para ulama’, perkara wajib dibandingkan perkara sunnah pahalanya 70 kali lipat, dan dengan menadzari dan kita tahu bahwa perkara sunnah itu menjadi wajib maka kita akan berfikir seribu kali untuk meninggalkannya.

Itulah salah satu trik dari Lora Ismael agar kita tidak dikalahkan oleh nafsu.

Terakhir, Beliau berpesan kepada kita “jadilah orang yang selalu bersemangat menyebarkan kemanfaatan”. Dan juga berulang kali beliau berpesan bahwa nasab tidak menentukan kesuksesan kita, usaha itulah yang menentukan bagaimana nanti masa depan kita. Wallahu a’lam

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)