Krapyak (06/07) – Selepas mengisi acara di Pondok Pesantren
An-Nur ngrukem, dan sowan sowan ke beberapa pondok pesantren yang ada di
Yogyakarta khususnya Pondok Pesantren Krapyak, Lora Muhammad Ismael Amin
Al-Kholilie mengisi acara di Pondok Pesantren Krapyak. Lora Ismael sapaan akrab
dari Muhammad Ismael Amin al-Kholilie merupakan keturunan ke-lima dari
Syaikhona Kholil Bangkalan ulama pembawa sanad keilmuan Indonesia.
Acara dibuka dengan pembacaan Al-Fatihah oleh Pembawa Acara, Kemudian
dilanjutkan oleh KH. Fathoni Dalhar Munawwir selaku pengasuh pondok pesantren
Al Munawwir Krapyak Yogyakarta, memberikan sambutan perwakilan pengasuh Pondok
Pesantren Krapyak.
Siang hari ini Lora
Ismael menyampaikan beberapa point yang sangat menarik. Pertama, beliau
menyampaikan bahwa hubungan antara Krapyak dengan Bangkalan itu sudah terjalin
sejak dulu, oleh KH. Munawwir dengan Syaikhona Kholil Bangkalan. Kita sebagai
santri beliau juga saling sambung menyambung atau mempererat tali persaudaraan
karena itu juga termasuk Birrul Masyayikh, cara kita untuk berbakti kepada para
guru kita.
“Kita para santri, atau dalam Bahasa Arabnya tholabul ‘ilmi
ini merupakan orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk
mempelajari ilmu-ilmu khususnya adalah ilmu agama.Dan kita sebagai santri
tentunya harus sadar bahwa ilmu yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dan tentunya itu merupakan ilmu yang paling
utama adalah ilmu Al-Qur’an Dan ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an.” Sambung beliau.
Lalu, Lora Ismael menceritakan bahwa ada satu cerita dari Al
Habib Umar Bin Hafidz: Ada seorang ulama’ menitipkan putranya kepada seorang
ustadz (mu’allim) untuk diajari mengaji. Ketika sudah diajarkan oleh ustadz
tersebut hingga selesai, seorang ulama’ ini menitipkan uang 1000 dinar sekitar
1 miliar kepada putranya untuk diberikan kepada ustadz sebagai rasa terima
kasih. Setelah putra seorang ulama’ ini menyampaikan uang tersebut, seorang
ustadz pun terkejut dan berkata “Saya ini hanya ustadz, saya hanya mengajar Al-Qur’an.
Yasudah ini kamu kembalikan, saya akan ambil 10 juta saja”. Kemudian sisanya di kembalikan kepada muridnya
itu, dan akhirnya anak itu pun pulang dan melapor kepada ayahnya dengan memberi
uang itu kepada ayahnya. “Yah, ini ada uang kembalian dari ustadz saya.” jelas putranya
itu. Lalu ayahnya terkejut dan bertanya “kenapa dikembalikan?”. Lalu anak itu menjawab
“iya, tadi saat saya menyampaikan uang itu, beliau berkata bahwa beliau hanya
seorang ustadz dan hanya mengajar Al-Qur’an tidak pantas mendapatkan uang
sebanyak ini”. Lalu sang ayah berkata “Nak, mulai besok kamu jangan mengaji
lagi dengan ustadz itu”. Dengan rasa penasaran anak itu pun ingin tahu kenapa
ia tidak boleh mengaji dengan ustadz tersebut. “Kenapa begitu ayah?” tanya anak
itu. “Iya, karena ustadz kamu itu tidak tahu harganya Al-Qur’an, tidak bisa
menghargai Al-Qur’an. Kalaupun dia tau harganya Al-Qur’an, ta’dzim kepada
Al-Qur’an, jangankan dibandingkan dengan uang 1000 dinar, Al-Qur’an ini
dibandingkan dengan dunia seisinya masih tetap menang dan mulia Al-Qur’an”.
Jelas sang ayah.
Dan adapula dawuh dari guru Lora Ismael sebagai berikut:
مَنْ عَرَفَ قَدْرَ مَا يَطْلُبُ يَسْهَلُ لَهُ مَا بَذَلَ
Artinya : “Barang siapa yang tahu harga sesuatu yang dia cari, maka dia
akan mudah untuk mengorbankan apapun, mudah bersabar, mudah untuk
memperjuangkan demi sesuatu yang dia cari”.
Begitu banyak kalam-kalam hikmah yang beliau sampaikan,
beliau juga menyampaikan bahwa santri yang tauladan tidak dilihat dari seberapa
banyak yang dia dapatkan, seberapa cerdas orang itu, akan tetapi ia yang sudah
berusaha totalitas memberikan semua kemampuan yang dia punya untuk mencari
ilmu.
Maka dari itu, sangat penting pula bagi kita yaitu
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya karena waktu tidak bisa diulang kembali.
Membahas tentang waktu, Lora Ismael ambil kisah dari Ibnu
Aqil (pensyarah kitab Alfiyah) yang mana beliau tidak pernah makan makanan yang
dikunyah. Alasan beliau kenapa tidak mau karena menurut Ibnu Aqil mengunyah
makanan itu sama-sama dengan membuang waktu.
MaasyaAllah Tabaarakallah, Itulah para ulama’ kita dahulu, sangat totalitas
dalam memanfaatkan waktu.
العلم لا يعطيك بعضه حتى تعطيه نفسك كلك
“Ilmu tidak akan memberikan separuhnya kepadamu sehingga kamu
memberikan semua yang kamu miliki untuk ilmu”
Selanjutnya, beliau membahas tentang mensiasati nafsu. Beliau
memiliki trik mensiasati waktu itu dengan
cara menadzari apa yang dilakukan. Karena dengan menadzari, perkara yang
sunnah akan menjadi wajib. Sedangkan menurut para ulama’, perkara wajib dibandingkan
perkara sunnah pahalanya 70 kali lipat, dan dengan menadzari dan kita tahu
bahwa perkara sunnah itu menjadi wajib maka kita akan berfikir seribu kali
untuk meninggalkannya.
Itulah salah satu trik dari Lora Ismael agar kita tidak
dikalahkan oleh nafsu.
Terakhir, Beliau berpesan kepada kita “jadilah orang yang selalu
bersemangat menyebarkan kemanfaatan”. Dan juga berulang kali beliau berpesan
bahwa nasab tidak menentukan kesuksesan kita, usaha itulah yang menentukan
bagaimana nanti masa depan kita. Wallahu a’lam
Tulis Komentar